Mati. Suatu
kepastian dari Allah Swt yang akan dialami oleh setiap orang. Satu kata
yang
mencengkam jika dibayangkan. Suatu proses berpisahnya ruh dan jasad. Namun
bukan
hanya sekedar itu, mati juga berarti berpisahnya hamba Allah dengan
Dunia dan
segala urusannya. Setelah itu, ia akan menuju ke alam selanjutnya. Yang
lebih
panjang, lebih indah atau boleh jadi lebih menyeramkan. Namun yang pasti
lebih
abadi.
Kematian juga
menjadi gambaran kecil bagi orang tersebut. Apakah bahagia atau celaka.
Hal itu
dapat dilihat dari bagaimana proses kematian yang akan dialami setiap
jiwa yang
berbeza-beza. Dan berikut sedikit gambaran tentang dahsyatnya sakaratul
maut
.
Foto Kredit kepada
arsamba
Beginilah
Cara Datangnya Kematian
1. Kematian Bersifat
Memaksa dan Tak Dapat Dihindari
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di
rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh
itu ke
luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian)
untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada
dalam
hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.
(Surah Ali Imran, 3:154)
2. Kematian Datang Walaupun dalam Tembok Benteng
yang Kukuh
“Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, walaupun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kukuh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari
sisi
Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
"Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?”
( Surah An-Nisa 4:
78)
3. Kematian Menemui
Siapapun Walaupun Dia Melarikan Diri
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang
kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
( Surah Al-Jumu'ah 62: 8)
4. Kematian Datang Secara
Tiba-tiba
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dan Dia-lah yang menurunkan
hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya esok. Dan tiada
seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Surah Luqman 31: 34)
5.
Kematian Tidak
Dapat Ditunda atau Dipercepat
“Dan Allah sekali-kali tidak akan
menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan
Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Surah Al-Munafiqun 63:11)
Dahsyatnya
Rasa Sakit Sakaratul Maut
Sabda
Rasulullah Saw:
"Sakaratul maut itu sakitnya sama
dengan tusukan tiga ratus pedang"
(Riwayat. Tirmidzi)
"Kematian yang paling ringan ibarat
sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah
batang
pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang
terkoyak ?"
(Riwayat Al-Bukhari)
Kata-kata para sahabat Rasulullah Saw:
Ka'b al-Ahbar: "Sakaratul maut ibarat sebatang pohon
berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki
menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua
bagian
tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa".
"Demi Allah, seandainya jenazah yang
sedang kamu tangisi boleh berbicara sekejap, lalu menceritakan
(pengalaman
sakaratul mautnya) pada kamu, niscaya kamu akan melupakan jenazah
tersebut,
dan mula menangisi diri kita sendiri."
(Imam Ghazali mengutip dari pendapat
Al-Hasan).
Imam Ghazali juga
berpendapat rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam
jiwa dan
menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang
sekarat
merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat nadi,
urat
saraf, sendi, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga
kaki.
Ia juga juga
mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang
melaluisebuah pekuburan berdoa pada Allah Swt agar menghidupkan satu mayat dari
pekuburan itu sehingga mereka boleh mengetahui gambaran sakaratul maut.
Dengan
izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang
pemuda
yang muncul dari salah satu kuburan. "Wahai manusia !" kata pemuda
tersebut. "Apa yang kamu kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu
aku
mengalami kematian, namun hingga kini rasa pedih bekas sakaratul maut
itu belum
juga hilang dariku."
Proses sakaratul
maut bisa memakan waktu yang berbeza untuk setiap orang, dan tidak dapat
dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita
menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang.
Rasa sakitnya
pun dialami setiap manusia dengan berbagai macam tingkatan rasa, ini
terkait
dengan tingkat keimanan atau kezaliman seseorang selama ia hidup.
Sebuah
riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan
suatu
proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Sakaratul
Maut Orang-orang Zalim
Imam Ghazali
mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Nabi Ibrahim as
untuk
melihat wajah Malaikat Maut ketika mencabut nyawa orang zalim. Dengan
izin
Allah Swt beliau pun diperlihatkan gambaran perumpamaan Malaikat Maut
sebagai
seorang pemuda besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk,
memiliki dua
mata, satu di depan satu di belakang, mengenakan pakaian serba hitam,
sangat
menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api.
Seketika
melihatnya Nabi Ibrahim AS pingsan. Setelah sadar beliau berkata: “Cukup dengan memandang wajah Malaikat Maut,
rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima
ganjaran
hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat
dari
itu.”
Itulah gambaran
wajah Malaikat Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh
dari
tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi
sekalipun
maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan
sepanjang sisa hidup kita.
Alangkah
dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim dalam tekanan sakratul maut,
sedang
para malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata:
"Keluarkanlah
nyawamu!" Pada hari ini kamu dibalas dengan
siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya.
(Surah Al-An'am 6:93)
Bahkan di akhir
sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua
Malaikat
Pencatat Amal. Kepada orang zalim, si malaikat akan berkata :
"Semoga
Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami
terpaksa
hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir
menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan
burukmu.
Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! " Ketika itulah orang
yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Sakaratul
Maut Orang-orang Bertaqwa
Sebaliknya Imam
Ghazali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikat Maut
sebagai
pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.
Dan dikatakan
kepada orang-orang yang bertakwa:
"Apakah
yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka
menjawab, 'Allah telah menurunkan
kebaikan'. Orang-orang yang berbuat
baik di dunia ini mendapat
pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih
baik, dan itulah sebaik-baik tempat
(kembali)
bagi orang yang bertakwa."
(Surah An-Nahl 16:30)
Bagaimana
sahabat? Apakah kita merasa cemas setelah mengetahui itu semua? Takutkah kita?
Atau menyesal? Karena harus berada di dunia ini dan akan
merasakan
pedihnya mati?
Namun, satu hal
yang perlu kita ketahui, bahwa Allah menciptakan kematian dengan berbagai
tujuan yang baik. Sebagai salah satu
bentuk kekuasaanNya kepada kita, bahwa hanya Dialah yang paling berkuasa
di
Jagat Raya yang sempurna ini. Dan sebagai ujian untuk kita.
“Maha Suci Allah
Yang di tangan-Nyalah segala
kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati
dan
hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(Surah Al Mulk: 1-2)
Hidup ini
sekejap tetapi berisiko.
Jangan karena
mencari kenikmatan sesaat tetapi menderita berkepanjangan.
Hidup bukan
untuk hidup, tetapi untuk Yang Maha Hidup.
Hidup bukan
untuk mati, tetapi justru mati itulah untuk hidup.
Oleh karena itu,
jangan takut mati, jangan lupa mati dan jangan cari mati.
Tetapi
rindukanlah mati, karena mati pintu berjumpa dengan-Nya ..
(Ust. H.M.
Arifin Ilham)
Sumber : El-Mussalat
Klik