Trafik

Sunday 6 October 2013

Awas, Maksiat Mengurangkan Iman



 Ingat Maksiat Ingat Mati foto kredit

Maksiat Kepada Allah. Maksiat itu memperburuk dan mengurangkan iman. Maka siapa yang melakukan dosa besar seperti berzina, mencuri, meminum arak atau sejenisnya, tetapi tanpa meyakini kehalalannya, maka hilang rasa takut, khusyu’ dan cahaya di dalam hatinya; sekalipun hakikat keimanan kepada Allah tetap ada di hatinya.

Maksiat Kepada Allah, jika kita bertaubat kepada Allah dan melakukan amal soleh maka kembalilah khasyyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus melakukan kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam hatinya sehingga dosa itu menutupi serta menguncinya -na’udzubillah!-.

Maka ia tidak lagi mengenal yang baik dan tidak menjauhi kemungkaran. Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar maka berkilatlah hatinya. Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai menutupi hatinya.

Itulah ‘rain’ yang disebut oleh Allah dalam Al-Quran:
 ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ (Al-Muthaffifin: 14, Hadis Riwayat. Ahmad, II/297) 

 Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman, iaitu bahwasanya iman itu seperti pohon besar yang rendang. Maka akar-akarnya adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup, sedangkan cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang itulah penerusan dan hidupnya terjamin.

Semakin bertambah cabangnya maka semakin bertambah dan sempurna pohon itu, dan jika berkurang maka buruklah pohon itu. Lalu jika berkurang terus sehingga tidakbercabang mahupun batangnya maka hilanglah nama pohon itu.

Manakala akar-akar itu tidak mengeluarkan batang-batang dan cabang-cabang yang boleh berdaun maka keringlah akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah. Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan sedikitnya kemaksiatan tersebut.

Impak / Kesan Maksiat Terhadap Iman 

Sesungguhnya dosa dan maksiat memberikan kesan yang amat buruk dalam kehidupan hamba, ibnu Qayyim Al Jauziyah menyebutkan kesan-kesan buruk tersebut dalam kitab beliau Ad Daa wad Dawaa, beliau berkata: “Maksiat mempunyai pengaruh yang amat buruk, berbahaya untuk hati dan badan di dunia dan akhirat. Diantara pengaruh buruk maksiat adalah:

1. Terhalang dari ilmu (yang bermanfaat).
2. Hati menjadi kering dan menjarakkan hubungan antara dia dengan Allah SWT
3. Terhalang dari melakukan ketaatan.
4. Maksiat menumbuhkan benih-benih maksiat lain.
5. Maksiat menjadikan hati tidak lagi menganggapnya satu yang buruk.
6. Maksiat menghilangkan keAgungan Allah di hati manusia yang melakukannya.
7. Maksiat menjadikan hatinya menganggap maksiat itu perkara remeh temeh
8. Makhluk selain manusia mendoakan kecelakaan bagi pembuat maksiat.
9. Maksiat mewariskan kehinaan.
10. Maksiat dapat merosakan akal.
11. Maksiat dapat mematikan hati.
12. Maksiat memasukkan pembuatnya dalam laknat Rasulullah SAW.

Mencegah Perberbuatan Maksiat 

 Ada beberapa teknik yang mudah, boleh menjadi bahan bagi kita untuk mengendalikan diri supaya kita tidak tergelincir dalam kemaksiatan perbuatan dosa :

Teknik yang pertama dan paling berpotensi adalah dengan mengingati kematian, kita semua mungkin masih ingat tentang sebuah kes yang diberitakan beberapa media baru-baru ini, yaitu tentang seorang pembesar yang meninggal di sebuah hotel bersama seorang wanita yang bukan muhrim, kemudian ada beberapa juga nama yang terkenal, meninggal dalam pelukan wanita yang tidak halal.

Artinya dengan mengingat kematian itu adalah merupakan salah satu teknik untuk membuat kita tercegah dari perbuatan maksiat, karena ternyata andaikata kita mati ketika sedang berbuat maksiat, Naudzubillahi min zalik, alangkah aibnya mati dalam keadaan seperti itu, isteri dan anak-anaknya akan menanggung malu, orang tua akan terpalit, organisasi juga ikut tercemar, begitu banyak kesan negatif  dan tentu saja mati ketika berbuat maksiat merupakan mati kehinaan, mati yang memalukan.

Dahulu ada sebuah cerita di suatu tempat tentang seorang bapa yang sudah lanjut usia yang menonton filem dewasa di sebuah panggung wayang dan akhirnya premis tersebut terbakar, banyak sekali contoh yang dapat kita saksikan tentang orang-orang yang meninggal ketika sedang berbuat maksiat; ada yang mati dalam keadaan mencuri, ada yang mati dalam bergelumang dengan harta yang haram, ada yang mati di tempat zina, itu semua mati yang kelihatannya su’ul khatimah karena mengakhiri hidupnya dengan kegiatan yang buruk, Naudzubillahi min zalik.

Maka andaikata kita berkeinginan berbuat maksiat, Naudzubillahi min zalik, kita harus ingat, karena jangan-jangan kita mati di tempat maksiat, ini akan jadi aib yang akan tersebar kemana-mana. Maka hati-hatilah saudaraku dengan memperbanyak ingat mati, InshaAllah, akan membuat kita mempunyai perisai yang lebih efektif dalam mencegah diri dari berbuat maksiat.

Dan Allah sekali-kali tidak akan Menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 63 ; 11) 

Teknik yang kedua adalah dengan membayangkan bagaimana jika Allah membongkarkan aib kita, karena ternyata aib itu tidak boleh disembunyikan, karena tidak ada satupun yang dapat menghalangi jika Allah akan membongkar apa yang Dia kehendaki, bermati-matian kita dengan rancangan yang rapi untuk menutupi aib, tidak akan dapat menghalangi kalau Allah mau membongkar diri kita termasuk maksiat yang kita lakukan.

Maksiat yang dilakukan, amat mudah bagi Allah untuk menjelaskannya kepada siapapun. Oleh karena itu ketakutan kita akan dibongkarkan aib kita oleh Allah akan membuat kita seharusnya tercegah dari perbuatan maksiat. Ini sebuah teknik yang luar biasa sekali yang diajarkan Rasulullah, yaitu dengan membayangkan bagaimana andaikata hal maksiat itu menimpa saudara kita sendiri.

Contoh misalkan ada seorang laki-laki yang berhubung kepada isteri lelaki lain, salah satu cara untuk menghentikannnya aialah dengan membayangkan bagaimana jika isteri kita dinodai, perasaan kita seperti apa? Naudzubillahi min dzalik, lalu bagaimana jika anak kita dinodai ?, Naudzubillah. Jadi kalau kita memiliki keinginan seperti pemuda tadi yang ingin berzina, bayangkanlah jika isteri kita dizina, anak perempuan kita dizina, pasti kita akan sangat marah.

Maka dengan bersikap seperti teknik diatas akan menjadi sebuah tenaga untuk menghentikan niat buruk kita, kalau kita ingin mengambil hak orang lain bayangkanlah jika hak kita diambil.Kalau kita berbuat tidak baik kepada orang lain, bayangkanlah kalau hal itu menimpa diri kita, menimpa keluarga kita, menimpa anak-anak kita, pasti kita tidak akan mahu, maka orang lain pun pasti tidak mahu dengan perbuatan kita itu, kemurkaan Allah SWT merupakan usaha untuk mencegah kita dari berbuat maksiat.

Untuk mencegah dari berbuat maksiat maka kita harus memperbanyak zikir mengingati Allah SWT, dan memperkuat ibadah, solat mesti diperbaiki, tahajud dilakukan dengan lebih baik dan puasa sunat diamalkan, karena jika zikir kita lemah maka nafsu yang akan bertambah, jika zikir kita lemah maka amarah dan syahwatlah yang akan meningkat. wallahuaalam.

Sumber Media Dakwah

No comments:

Post a Comment